Bahasa
dan Jenis Kelamin
Disusun Oleh :
1.
HERIYANTO (1534411021)
2.
ISMAWATI (1534411031)
3.
INDAH TRIA MEIKAWATI (1534411030)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PGRI BANGKALAN
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari bahasa selalu digunakan, baik
dalam situasi resmi maupun tidak resmi. Setiap hari manusia tidak terlepas dari
bahasa untuk menjalin kerjasama. Bahasa digunakan sebagai penyampaian pesan
dari seseorang kepada orang lain. Agar interaksi berhasil dan sesuai dengan
kebutuhan, makna yang perlu diperhatikan dan dipahami ialah struktur bahasa
dalam hal kategori pendamping dan kategori penghubung yang dimunculkan dalam
interaksi tersebut.
Pengkajian secara eksternal inilah yang dihasilkan
rumusan-rumusan yanh berkaitan dengan kegunaan dan pengunaan bahasa tersebut
dalam segala kegiatan manusia di dalam masarakat. Pengkajian secara eksternal
ini tidak hanya melibatkan teori dan presedur linguistik saja, tetapi juga
melibat kan teori dan prosedur disiplin lain yang berkaitan dengan kegunaan
bahasa itu. Sehingga wujudnya berupa wujudnya berupa ilmu antardisiplin yang
namanya merupakan gabungan dari disiplin ilmu-ilmu yang bergabung itu, umpanya
sosiolinguistik.
Sosiolinguistik merupakan merupakan gabungan antara
disiplin sosiologi dan disiplin linguistik dengan bahasa sebagai objek
kajianya. Namun satu hal yang harus digarisbawahi bahwasanya bahasa sebagai
opjek kajian sosiolinguistik tdak dilihat maupun didekati sebagai bahasa,
melainkan dan didekati sebagai sarana intraksi atau komunikasi di dalam
masyarakat manusia.
Sosiolinguistik adalah
kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap cara suatu
bahasa digunakan. Dalam hal ini bahasa berhubungan erat dengan masyarakat suatu
wilayah sebagai subjek atau plaku bahasa sebagai alat komunikasi dan intraksi
antara klompok yang satu dengan yang lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
gerak anggota Badan dan Ekspresi Wajah pria dan wanita dalam menggunakan
bahasa?
2. Bagaimana
Suara dan Intonasi pria dan wanita dalam menggunakan bahasa?
3. Bagaimana
Teori Tabu dipakai oleh pria dan wanita dalam menggunakan bahasa?
1.3 Tujuan
Dalam pembahasan ini, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
menhgetahui bagaimana gerak anggota Badan dan Ekspresi Wajah pria dan wanita
dalam menggunakan bahasa dan bagaimana Suara dan Intonasi pria dan wanita dalam
menggunakan bahasa serta bagaimana Teori Tabu dipakai oleh pria dan wanita
dalam menggunakan bahasa.
BAB II
Kajian Pustaka
2.1
Bahasa dan Jenis Kelamin
Aspek pembeda kebahasaan yang tidak selalu ada dalam bahasa
adalah jenis kelamin. Menurut penelitian memang ada sejumlah masyarakat , tutur
pria berbeda dengn tutur wanita. Dalam penelitian- Multamia dan Basuki (dalam
Saleh dan Mahmudah,2006) mengutip beberapa pandangan para pakar penelitian
linguistic, terkadang wanita tidak dipakai sebagai informan karena
alasan-alasan tertentu. dialektologi tradisional tentang wanita yang akan
dijadikan informan.
Berkaitan dengan
pengambilan responden/informan, Kurath (dalam Sumarsono dan partana,2002)
mengemukakan :
“…mereka, yaitu
responden, haruslah laki-laki karena dalam masyrakat tutur barat tutur wanita
cenderung lebih sadar-diri dan sadar-kelas daripada tutur lai-laki….”
Wanita cenderung
mempunyai sikap “hiperkorek” sehingga dianggap mengaburka situasi yang
sebenarnya yang dikehendaki oleh para peneliti karena mereka dianggap sebagai
warga Negara kelas dua, sehingga mereka memunculkan gerakan emansipasi kemudian
mencetuskan slogan “Lefemme sans nom, lefemme sans voix” (wanita itu tanpa
nama, wanita itu tanpa suara” untuk bergerak wanita yang lahir disebut miss X
dan X adalah nama bapaknya. Karena posisi itu wanita berusaha keras dengan
segala cara untuk meningkatkan dirinya sederajat dengan laki-laki dan salah
satu cara yang paling efektif adalah dengan memakai bahasa ragam baku
sebaik-baiknya. Mengapa demikian? Karena ragam baku mempunyai konotasi
“terpelajar”, berstatus, berkualitas, dan kompeten, independen dan kuat,
berdasarkan ciri-ciri itu, Elyan meneliti tutur wanita ketika memakai ragam
baku yang disebut sebagi RP (reseived pronounctiation, lafal yang berterima),
suatu lafal yang paling bergengsi di Inggris. Hasilnya di rumuskan sebagai
berikut :
“..kalau wanita itu
memakai aksen RP lebih dari sekadar aksen regional/setempat, hal itu dirasakan
lebih menyerupai laki-laki dalam hal ciri-ciri kepribadian tertentu dan juga
feminism (sehingga wanita bersifat androgini atau mendua” (Sumarsono dan
Partana dalam Saleh dan Mahmudah,2006)walupun berbagai pihak menolak wanita
sebagia responden, di lain pihak ada pula linguis yg cenderung memakai wanita
sebagai responden seperti yang dilakukan Watburg (dalam Sumarsono dan
Pantan,2002:100).
Hipotesis yang selama ini
di anut secara universal menyatakan bahwa wanita lebih sopan daripada laki-laki
dalam berbahasa (Sachiko Ide, et. Al. dalam Ohoiwutun, 1997:89), dan sebagainya
membuktikan secara empiris bahwa wanita lebih banyak menggunakan ragam bahasa
sopan. Kata, bunyi dan tata kalimat dalambahasa kaum wanita memberikan
sumbangan cukup besar dalam membangun gaya berkomunikasi yang lebih sopan.
Menurut Brown (dalm Ohoiwutun, 1997:890 berdasarkan bukti penelitian Tzeltal,
terdapat korelasi yang cukup meyakinkan antara sopan-santun berbahasa dengan
posisi social wanita. Ia menegaskan bahwa sifat- sifat kebahasaan wanita
merupakan refelksi posisinya yang kurang beruntung serta lebih rendah dari
pria.
Perbedaan bahasa antara
pria dan wanita dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu :
2.1.1
Gerak Anggota Badan dan Ekspresi Wajah
Anggota badan (gesture) dan ekspresi wajah adalah dua hal
yang pasti ada dalam setiap masyarakat bahasa, tetapi, berbeda anatara pria dan
wanita. Gesture adalah gerak anggota badan seperti kepala , tangan dan lainnya.
Gesture berlaku untuk semua tanpa membedakan jenis kelamin Misalnya, kita mengatakan “ya” terkadang
disertai anggukan kepala. Dalam hal ekspresi wajah wanita di Indonesia
cenderung memperermainkan bibir dan matanya disbanding pria.
2.1.2
Suara dan Intonasi
Banyak orang yang bisa membedakan suara wanita dan pria,
karena volume suara pria cenderung lebih besar. Dari segi wicara terlihat pada
beberapa suku di Indonesia suara wanita lebih lembut dibanding pria. Dalam hal
intonasi, intonasi akhir wanita memanjang yang dikenal di Indonesia suara maja
khas wanita yang lembut dan lambat.
2.1.3
Teori Tabu
Tabu bukan hanya menyangkut ketahkutan terhadap roh gaib
melainkan juga berkaitan dengan sopan santun dan tatakrama pergaulan social.
Dalam masyarakat Indonesia terutama bahasa daeraha sering dikatakan wanita
lebih banyak menghindar penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan alat
kelamin atau kata-kata kotor lain. Kata-kata ini seolah ditabukan bagi wanita
atau seolah-olah menjadi monopoli pria.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gerak Anggota Badan dan Ekspresi Wajah
Menurut penelitian kami di ruangan perpustakaan STKIP PGRI
Bangkalan, bahwa ekspresi wajah dan gerak tubuh seorang pria dan wanita sangatlah berbeda jauh perbedaannya yaitu
dari segi berbicara, bergerak, serta keseriusan dalam belajar dan
Membaca.
Jika pria saat berbicara dengan gerak anggota
badan ekspresi wajah:
Pria cenderung tidak banyak bebicara dan pria berbicara
secara langsung atau berbicara pada intinya dengan gerak tubuh hanya
menggunakan tangan saja. Pria jika berbicara dalam posisi tubuh bersila dan
membungkukkan badannya. Priasaat berbicara mimik wajahnya datar atau biasa saja
saat berbicara dan sangat santai. Pria juga sering menggunakan gerak tubuh
dengan tangan yang berada di bawah dagu. Dan pria juga lebih peka dalam situasi
apapun.
Jika wanita saat
berbicara dengan gerak anggota badan dan ekspresi wajah:
Wanita cenderung sangat heboh saat berbicara dengan gerakan
tubuh hamper semuanya baik itu tangan, bibir bahkan kaki yang sering
berselonjor saat lelah mengerjakan tugas dengan ekspresi wajah cemberut dan menyeramkan, Wanita juga sangat
cenderung mengeluarkan pembicaraan yang lebih banyak dari pada pria, Wanita
saat berbicara menggunakan mimik wajah
yang ceria jika tidak dalam keadaan lelah dan cenderung mengeluh saat ia merasa
sudah kelelahan. Wanita juga menggunakan tangannya. Tapi wanita cenderung
menyentuh bagian kepalanya saat ia tidak mengerti dalam sebuah pembicaraan. Wanita
cenderung menyender di dinding saat berbicara dan posisi tubuh lurus dan dengan
ekspresi wajah yang tersenyum.
3.2 Suara dan Intonasi
pada Pria dan Wanita
Dari penelitian kami wanita kebanyakan cenderung
menggunakan suara yang lantang dan banyak membicarakan hal yang tidak perlu
dibicarakan dengan intonasi yang sangat
cepat sehingga tidak tau
di mana letak permasalahannya serta titik, komanya saat berhebti berbicara dan
cenderung lebuh crewet, dan wanita juga sering menggunakan intonasi yang sangat
tinggi jika saat ia marah dan tidak sesuai dengan keinginannya saat berargumen
dengan teman bicaranya.
Sedangkan pria, sangat cenderung menggunakan suara yang
rendah dari pada wanita saat berbicara karena pria sangat mengerti dalam
situasi dan kondisi di sekitarnya seperti contoh di dalam perpustakaan STKIP
PGRI Bangkalan, malah yang terdengar di dalam perpustakan itu lebih banyak dan
lebih lantang suara wanita dari pada pria.
3.3 Teori Tabu yang
Dipakai oleh Pria dan Wanita dalam Menggunakan Bahasa
Jika pria penggunaaan
bahasanya tidah sepantasnya diucapkan:
Pria mengucapkan kata-kata yang kotor
seperti anjing, anjing menurut bahasa Indonesia itu adalah nama hewan sedangkan
menggunakan bahasa Madura anjing mempunyai arti sebagai kata kotor yang tidak
harus di ucapkan ataau tidak pantas diucapkan oleh manusia.
Jika wanita cenderung mengucapkan dengan bahasa yang lebih halus:
Wanita menggunakan bahasa yang lebih
halus dari pada pria seperti payudara, payudara menurut bahasa Indonesia.
Sedangkan pada bahasa Madura di ucapkan sebagai kata kotor yang tidak pantas untuk
di ucapkan sehari-hari.
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Bahwasanya pria lebih menggunakan ekspresi wajah yang datar
dan bisaserta dengan anggota badan dengan tangan yang di pangkukan pada bawah
dagu dan wanita lebih cebderung meggunakan ekspresi wajah yang ceria saat
bahagia tapi pada saat marah dan terdapat masalah wanita cenderung lebih seram
dari pada ekspresi wajah pria dengan gerak tubuh yang menggerakkan hamper
seluruh anggota tubuhnya.
Pria saat berbicara suaranya lebih pelan dari pada wanita
karena pria tahu situasi dan kondisi yang ada di sekitarnya serta lebih
mengontrol intonasi suara yang dibicarakan pada teman bicaranya dari pada
wanita, wanita cenderung sangat crewet dan awal bicara dengan intonasi yang
sangat keras.
Jadi teori tabu yang digunakan pria dan wanita sangatlah
jauh berbeda jika pria cenderung lebih menggunakan kata atau bahasa yang kasar
dan tidak pantas untuk di ucapkan,sedangkan wanita lebih menggunakan bahasa
yang lebih halus
4. 2 SARAN
Adapun saran yang dapat kami sampaikan melalui penelitian
kami dalam bentuk makalah adalah semua pihak harus bekerjasama dalam upaya
penanggulangan permasalahan pokok kebahasaan baik dari gerak anggota badan dan
ekspresi wajah, suara dan intonasi dan teori tabu yang di gunakan oleh pria dan
wanita. Untuk meminimalisir dampak negaif yang disebabkan oleh permasalahan
pokok tersebut maka harus ada perencanaan yang baik terhadap sistem bahasa.
Meningkatkan kualitas bahasa dalam usaha peningkatan mutu bahasa. Serta
penyediaan sarana dan prasarana yang lebih efektif dan efisien.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumarsono.
2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta:
pustaka pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar